Sejarah Masjid Sulaimaniyah, Mahakarya Arsitektur Pesaing Hagia Sophia

Masjid Suleymaniye adalah salah satu landmark paling ikonik di Istanbul, Turki, dan merupakan mahakarya arsitektur yang tak hanya mengagumkan, tetapi juga penuh dengan sejarah dan simbolisme budaya. Dibangun pada abad ke-16 di bawah pemerintahan Sultan Süleyman Agung, masjid ini menjadi simbol dari keagungan dan kemegahan Kekaisaran Ottoman.
Dirancang oleh arsitek legendaris Mimar Sinan, Masjid Suleymaniye bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pendidikan, kesehatan, dan kehidupan sosial. Kompleks masjid ini mencakup madrasah, rumah sakit, perpustakaan, dan dapur umum, yang mencerminkan visi Sultan Süleyman untuk menciptakan sebuah pusat peradaban yang harmonis.
Sejarah Masjid Suleymaniye
Pembangunan Masjid Suleymaniye dimulai pada tahun 1550 dan selesai pada tahun 1557, yang menandakan puncak dari kejayaan arsitektur Ottoman pada masa Zaman Keemasan. Sultan Süleyman Agung, yang memerintah antara tahun 1520 hingga 1566, memiliki visi untuk menciptakan sebuah masjid yang dapat menggabungkan kemegahan arsitektur, kesejahteraan sosial, dan spiritualitas.
Masjid ini dirancang oleh Mimar Sinan, seorang arsitek terkenal yang juga bertanggung jawab atas banyak proyek besar di Kekaisaran Ottoman. Dengan desain yang terinspirasi oleh keindahan Hagia Sophia, masjid ini menonjolkan kubah besar yang menakjubkan, menara yang tinggi, dan detail-detail arsitektur yang mencerminkan kekuatan dan pengaruh Ottoman.
Sebagai bagian dari proyek pembangunan masjid ini, Sultan Süleyman tidak hanya bertujuan untuk menciptakan sebuah tempat ibadah, tetapi juga untuk menyumbangkan sesuatu yang lebih besar bagi masyarakatnya.
Oleh karena itu, kompleks Suleymaniye mencakup berbagai fasilitas sosial dan pendidikan yang menunjukkan keseriusan Sultan dalam memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ini menunjukkan bahwa pembangunan masjid ini bukan hanya untuk tujuan keagamaan, tetapi untuk kesejahteraan sosial yang lebih luas dalam konteks masyarakat Ottoman pada masa itu.
Arsitektur Masjid Suleymaniye

Salah satu aspek yang paling mencolok dari Masjid Suleymaniye adalah kubah besar di tengahnya yang memiliki diameter 27,5 meter, yang menjadi pusat dari struktur ini. Kubah ini didukung oleh empat menara ramping yang menjulang tinggi, yang memberikan kesan keagungan dan kekuatan.
Desain kubah besar ini, yang didukung oleh semi-kubah di sekelilingnya, sangat dipengaruhi oleh Hagia Sophia, sebuah katedral Bizantium yang kemudian menjadi masjid setelah penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Mehmed II pada tahun 1453.
Sinan, yang sangat terinspirasi oleh Hagia Sophia, berusaha menciptakan masjid dengan interior yang terang dan megah, namun tetap dengan kesederhanaan yang menjadi ciri khas arsitektur Ottoman.
Selain desain kubah, interior masjid ini dihiasi dengan kaligrafi Islam yang indah dan ubin İznik yang terkenal, menciptakan suasana yang damai dan merenung bagi para jamaah yang datang untuk beribadah. Setiap elemen dari masjid ini, dari pintu masuk utama hingga mihrab yang terbuat dari marmer, dirancang untuk menggambarkan keindahan spiritual dan keseimbangan yang menjadi inti dari filosofi Sinan.
Namun, keindahan arsitektur Masjid Suleymaniye tidak hanya terletak pada desain kubah dan interior yang megah. Salah satu fitur menarik dari masjid ini adalah penggunaan ruang terbuka yang besar dan lapang, yang memungkinkan cahaya alami masuk dengan bebas, memberikan kesan kedalaman dan kebesaran yang menyeluruh. Dalam desain ini, Sinan berusaha menciptakan suasana yang tidak hanya megah tetapi juga menenangkan, memungkinkan para pengunjung untuk merasakan kedamaian dan ketenangan.
Masjid Suleymaniye dan Hubungannya dengan Hagia Sophia

Hubungan antara Masjid Suleymaniye dan Hagia Sophia sangat jelas dalam desain arsitekturnya. Hagia Sophia, yang dibangun pada abad ke-6 oleh Kaisar Bizantium Justinian I, adalah sebuah pencapaian arsitektur yang mengagumkan dengan kubah besar yang menginspirasi banyak bangunan berikutnya, termasuk Masjid Suleymaniye.
Mimar Sinan, yang merancang Masjid Suleymaniye, sangat terpengaruh oleh keindahan dan kehebatan arsitektur Hagia Sophia. Pengaruh Hagia Sophia dapat dilihat pada penggunaan kubah besar dan penciptaan ruang interior yang luas dan megah, dengan sinar cahaya yang masuk melalui jendela-jendela besar yang memberikan kesan kebesaran.
Namun, meskipun Masjid Suleymaniye dipengaruhi oleh Hagia Sophia, Sinan mampu menciptakan sesuatu yang unik dan berbeda. Desain Masjid Suleymaniye lebih sederhana dan lebih harmonis, dengan penekanan pada fungsi praktis dan estetika yang seimbang.
Di sisi lain, Hagia Sophia lebih berfokus pada kemewahan dan kemegahan, yang menonjolkan ornamen Bizantium yang kaya. Ini menunjukkan bagaimana arsitektur Ottoman mampu menyerap dan mengadaptasi elemen-elemen dari peradaban sebelumnya, sekaligus menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif.
Hagia Sophia, dengan segala kemegahannya sebagai gereja dan kemudian masjid, memberikan inspirasi bagi banyak arsitek Ottoman, dan Masjid Suleymaniye adalah salah satu contoh terbaik bagaimana elemen-elemen arsitektur Bizantium diubah dan dipadukan dengan nilai-nilai dan estetika Islam.
Fungsi Sosial dan Keagamaan Masjid Suleymaniye
Masjid Suleymaniye lebih dari sekadar tempat ibadah. Kompleks masjid ini, yang dikenal dengan nama külliye, berfungsi sebagai pusat sosial dan budaya yang lengkap. Di dalam külliye, terdapat madrasah yang digunakan sebagai sekolah untuk pengajaran ilmu agama dan ilmu pengetahuan, rumah sakit yang menyediakan pelayanan kesehatan, serta perpustakaan yang menjadi tempat belajar dan penelitian.
Selain tempat belajar dan rumah sakit. Di masjid ini pun tersedia dapur umum yang ada di kompleks ini juga memberikan makanan bukan kepada para pelajar dan orang sakit yang dirawat disana saja, tapi juga kepada orang miskin dan peziarah yang datang ke masjid, ini mencerminkan komitmen Sultan Süleyman terhadap kesejahteraan rakyatnya.
Hal ini mengisyaratkan bahwa, madrasah di kompleks ini berfungsi tidak hanya sebagai tempat untuk mempelajari ajaran agama, tetapi juga sebagai pusat untuk ilmu pengetahuan lainnya. Di zaman keemasan Kekaisaran Ottoman, pendidikan dan penelitian sangat dihargai, dan masjid ini menjadi tempat di mana ilmuwan, filsuf, dan cendekiawan dapat berkumpul dan berbagi pengetahuan. Kesejahteraan sosial dan pendidikan tinggi adalah inti dari kompleks Suleymaniye, dengan menempatkan masjid sebagai pusat bagi pembangunan masyarakat secara lebih luas.
Masjid Suleymaniye dalam Konteks Kekaisaran Ottoman
Masjid Suleymaniye juga melambangkan puncak dari kejayaan Kekaisaran Ottoman pada masa pemerintahan Sultan Süleyman Agung. Sultan Süleyman, yang dikenal sebagai “Süleyman yang Agung,” memimpin kekaisaran pada masa puncaknya, ketika Ottoman mencapai kejayaan militer, politik, dan budaya.
Dengan membangun masjid yang megah ini, Sultan Süleyman tidak hanya menunjukkan kemewahan dan kekuatan politiknya, tetapi juga menegaskan posisinya sebagai pelindung agama Islam dan pembawa kemakmuran bagi rakyatnya.
Masjid Suleymaniye juga berfungsi sebagai simbol dari keberlanjutan dan stabilitas Kekaisaran Ottoman. Selain itu, masjid ini mencerminkan upaya besar untuk mempererat hubungan antara kerajaan dengan masyarakat, yang melalui berbagai fasilitas sosial di kompleks masjid, Sultan Süleyman menunjukkan perhatian besar terhadap kehidupan sosial dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan desain arsitektur yang memukau dan manfaat sosial yang luar biasa, Masjid Suleymaniye adalah lambang integritas pemerintahan Ottoman di abad ke-16.
Perbandingan dengan Masjid Biru

Meskipun Masjid Suleymaniye dan Masjid Biru (Masjid Sultan Ahmed) keduanya merupakan contoh terbaik dari arsitektur Ottoman, keduanya memiliki pendekatan yang berbeda dalam hal desain dan fungsi. Masjid Biru, yang selesai dibangun pada tahun 1616, dikenal dengan kemewahan dan kemegahannya, terutama dengan enam menaranya yang menjulang tinggi dan interiornya yang dihiasi dengan lebih dari 20.000 ubin İznik. Masjid Biru dirancang untuk menyaingi Hagia Sophia dalam hal kemewahan dan keindahan artistik.
Sebaliknya, Masjid Suleymaniye menekankan keseimbangan dan kesederhanaan. Masjid ini lebih berfokus pada fungsi sosial dan spiritual, dengan penekanan pada pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat.
Kedua masjid ini, meskipun berbeda dalam pendekatannya, tetap merupakan simbol abadi dari kejayaan dan kebesaran Kekaisaran Ottoman. Masjid Suleymaniye menunjukkan bahwa kemegahan tidak selalu harus terletak pada ornamen yang rumit, tetapi pada keseimbangan, keteraturan, dan fungsionalitas yang ditawarkan kepada masyarakat.
Masjid Suleymaniye adalah salah satu pencapaian terbesar dalam sejarah arsitektur Islam dan menjadi simbol dari kekuatan, kebudayaan, dan spiritualitas Kekaisaran Ottoman. Dirancang oleh Mimar Sinan dan dibangun atas perintah Sultan Süleyman Agung, masjid ini tidak hanya indah dari segi arsitektur, tetapi juga memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Ottoman.
Sebagai simbol dari keagungan Kekaisaran Ottoman, Masjid Suleymaniye tetap berdiri tegak di Istanbul, menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dan memberikan pelajaran tentang pentingnya keharmonisan antara seni, agama, dan masyarakat.
Sebagai karya yang sangat terinspirasi oleh Hagia Sophia, masjid ini menunjukkan bagaimana budaya Ottoman mengintegrasikan warisan Bizantium dalam karya-karya seni mereka, tetapi dengan sentuhan unik yang mencerminkan semangat mereka sendiri.
Keindahan dan kemegahan Masjid Suleymaniye di atas bisa kita nikmati dengan mudah jika kita bisa berangkat ke Turki dan faktanya sekarang ke Turki sudah bukan mimpi yang tidak akan tercapai karena sudah ada Studies in Turkey yang siap membantu untuk perisapan berkuliah di turki, mulai dari persiapan bahasa, test masuk universitas sampai pembiasaan biaya.
Selain itu Studies in Turki juga suka mengadakan seminar dan webinar terkait berkuliah di Turki. Buat info lebih lanjutnya tentang Turki, bisa untuk mengikuti instagram Studies In Turkey di @studiesinturkiye.