Abdullah Quilliam, Syekhul Islam di Inggris dan Pendiri Masjid Pertama di Britania Raya

Abdullah Quilliam (1856–1932) adalah sosok luar biasa dalam sejarah awal Islam di Inggris. Ia bukan hanya seorang mualaf, melainkan juga seorang pengacara sukses dan misionaris Islam yang gigih memperjuangkan pemahaman Islam di tengah masyarakat Inggris pada masa Victoria yang masih asing bahkan curiga terhadap agama ini.

Kisah hidupnya mencerminkan perpaduan unik antara iman, perjuangan sosial, dan visi kosmopolitan terhadap masa depan Islam di Barat.

Dari William Henry Quilliam ke Abdullah Quilliam

Abdullah Quilliam lahir dengan nama William Henry Quilliam pada tanggal 10 April 1856 di Liverpool, Inggris. Ia dibesarkan dalam keluarga Kristen Methodis yang taat dan menempuh pendidikan hukum hingga menjadi seorang solicitor (pengacara) profesional.

Di dunia hukum, Quilliam dikenal sebagai pembela kaum tertindas dan aktif dalam berbagai kegiatan reformasi sosial, mencerminkan semangat keadilan sosial yang kelak menjadi bagian penting dalam kiprahnya sebagai tokoh Muslim.

Perjalanan Menuju Islam

Titik balik dalam hidup Quilliam terjadi pada tahun 1887 ketika ia bepergian ke Maroko untuk memulihkan kondisi kesehatannya. Di sana, ia untuk pertama kalinya berinteraksi secara mendalam dengan budaya dan ajaran Islam.

Pengalaman spiritual yang ia alami selama di Maroko meninggalkan kesan mendalam hingga akhirnya ia memutuskan untuk memeluk Islam. Ia mengadopsi nama “Abdullah”, yang berarti “hamba Allah”.

Keputusannya untuk masuk Islam merupakan langkah yang sangat berani pada masa itu. Inggris di era Victoria belum mengenal Islam secara luas, dan masyarakat kerap memandang agama ini dengan prasangka.

Meski demikian, Quilliam tidak menyembunyikan keyakinannya, melainkan menjadikannya dasar dari perjuangan panjang untuk memperkenalkan Islam kepada masyarakat Inggris.

Mendirikan Pusat Islam Pertama di Inggris

Dua tahun setelah memeluk Islam, pada tahun 1889, Abdullah Quilliam mendirikan Liverpool Muslim Institute di 8 Brougham Terrace, Liverpool. Institusi ini merupakan masjid pertama yang berfungsi secara penuh di Britania Raya dan menjadi pusat kegiatan Islam di Inggris.

Liverpool Muslim Institute bukan sekadar sebuah tempat ibadah, melainkan pusat kegiatan keislaman yang multifungsi dan inklusif, didirikan dengan visi memperkuat komunitas Muslim di Inggris.

Di dalamnya terdapat sebuah masjid dan ruang shalat yang menjadi tempat berkumpul dan beribadah bagi komunitas Muslim lokal. Tak hanya itu, institut ini juga menjalankan fungsi sebagai madrassa, atau sekolah Islam, yang membuka pintu bagi anak-anak maupun orang dewasa untuk mendalami ajaran Islam secara terstruktur.

Sebagai pusat pembelajaran, institut ini dilengkapi dengan perpustakaan yang menyimpan beragam literatur Islam dari berbagai sumber, menjadikannya tempat rujukan dan studi yang penting bagi siapa saja yang ingin memahami Islam lebih dalam.

Komitmen sosial institut ini juga tercermin dari keberadaan tempat makan gratis untuk kaum miskin, suatu inisiatif yang mencerminkan kepedulian pendirinya, Abdullah Quilliam, terhadap kesejahteraan masyarakat.

Lebih dari itu, Liverpool Muslim Institute juga aktif dalam penerbitan literatur Islam, menyebarkan pemahaman yang benar tentang Islam kepada masyarakat luas, baik Muslim maupun non-Muslim.

Melalui semua peran ini, institut tersebut menjadi pionir dalam membangun jembatan antarbudaya dan antaragama di Inggris pada akhir abad ke-19.

Melalui institusi ini, Quilliam menciptakan sebuah ruang inklusif di mana Muslim dan non-Muslim bisa berdialog, belajar, dan membangun pemahaman yang lebih baik tentang Islam. Ia juga membantu banyak orang Inggris yang tertarik kepada Islam untuk memahami dan menjalankan ajaran agama ini dengan dukungan komunitas.

Jurnalisme dan Dakwah Melalui Media

Selain berdakwah secara langsung, Abdullah Quilliam juga aktif menyebarkan pesan Islam melalui media cetak. Ia mendirikan dua publikasi penting.

Dalam upayanya menyebarluaskan pemahaman tentang Islam dan membangun jaringan komunitas Muslim yang solid, Abdullah Quilliam memanfaatkan kekuatan media dengan sangat efektif.

Ia mendirikan The Crescent, sebuah surat kabar mingguan yang terbit dari tahun 1893 hingga 1908. Melalui media ini, Quilliam melaporkan berbagai isu penting yang berkaitan dengan umat Islam, baik di Inggris maupun di seluruh dunia.

The Crescent menjadi semacam penghubung bagi komunitas Muslim yang masih kecil namun berkembang, serta wadah untuk menyuarakan pandangan, informasi, dan solidaritas antar-Muslim lintas batas negara.

Selain itu, Quilliam juga menerbitkan Islamic World, sebuah majalah bulanan yang menawarkan kajian mendalam tentang teologi dan filsafat Islam. Majalah ini tidak hanya menyasar kalangan Muslim, tetapi juga mereka yang tertarik memahami Islam secara lebih serius.

Lewat tulisan-tulisan yang bernas dan argumentatif, Quilliam mengangkat diskusi-diskusi yang relevan dengan konteks keislaman di Barat, menjadikan Islamic World sebagai rujukan penting bagi wacana intelektual Islam pada masanya.

Tulisan-tulisannya mencakup berbagai tema penting seperti hubungan antara Islam dan identitas kebangsaan Inggris, dialog antaragama, serta kritik terhadap kolonialisme. Ia dengan tegas menekankan bahwa menjadi Muslim tidak berarti harus meninggalkan kebangsaan Inggris, melainkan bisa menjadi warganegara yang loyal sekaligus religius.

Hubungan Internasional dan Pengakuan Global

Quilliam bukan hanya dikenal di Inggris, tetapi juga dihormati di dunia Muslim. Ia menjalin hubungan dengan para pemimpin Muslim dari berbagai negara dan menerima sejumlah penghargaan prestisius.

Pengabdian dan kiprah Abdullah Quilliam dalam menyebarkan ajaran Islam di Inggris tidak hanya mendapat perhatian dari masyarakat lokal, tetapi juga menggema hingga ke dunia Muslim internasional.

Pengakuan tertinggi datang dari Sultan Abdul Hamid II, penguasa Kekhalifahan Utsmaniyah, yang menganugerahinya gelar Sheikh al-Islam of the British Isles.

Gelar ini merupakan bentuk penghormatan atas peran penting Quilliam sebagai pemimpin spiritual dan intelektual komunitas Muslim di Kepulauan Inggris, sekaligus pengakuan resmi dari pusat dunia Islam kala itu terhadap eksistensi umat Islam di Barat.

Tak hanya dari Kekhalifahan Utsmaniyah, Quilliam juga menerima penghargaan dari Shah Persia dan Sultan Maroko.

Kehormatan-kehormatan ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai tokoh yang mampu menjembatani hubungan antara Muslim Barat dan dunia Islam secara lebih luas.

Ia tidak hanya membangun masjid dan lembaga pendidikan, tetapi juga membangun jembatan pemahaman dan solidaritas antar umat di tengah dunia yang penuh sekat dan prasangka.

Melalui hubungan ini, Quilliam menunjukkan bahwa komunitas Muslim Inggris merupakan bagian dari ummah global, terhubung dalam solidaritas dan keimanan bersama umat Islam lainnya.

Kemunduran dan Masa Tua

Sayangnya, pada awal abad ke-20, Quilliam mengalami kemunduran. Ia terkena skandal hukum yang menyebabkan pencabutan izin praktik hukumnya, meskipun kasus ini tidak berkaitan langsung dengan kegiatan keagamaannya.

Insiden ini mencoreng reputasinya di mata publik. Pada tahun 1908, ia meninggalkan Liverpool dan mulai hidup lebih tersembunyi.

Masjid dan institusi yang ia bangun pun kehilangan dukungan dan sempat dialihfungsikan. Meski begitu, Quilliam terus melakukan dakwah dalam kapasitas yang lebih kecil, hingga wafat pada tahun 1932. Ia dimakamkan di Brookwood Cemetery, Surrey, di bagian pemakaman Muslim.

Warisan dan Kebangkitan Kembali

Setelah kematiannya, nama Abdullah Quilliam sempat tenggelam dalam sejarah. Namun dalam beberapa dekade terakhir, minat terhadap kontribusinya kembali tumbuh. Pada awal tahun 2000-an, didirikan Abdullah Quilliam Society yang bertujuan menghidupkan kembali warisan dan visi beliau.

Salah satu pencapaian penting organisasi ini adalah restorasi bangunan di 8 Brougham Terrace, yang kini kembali difungsikan sebagai masjid dan pusat warisan sejarah Islam di Inggris. Tempat ini tidak hanya menjadi ruang ibadah, tetapi juga simbol perjalanan panjang komunitas Muslim Inggris.

Pengaruh dan Relevansi Hari Ini

Abdullah Quilliam dikenang sebagai Bapak Islam di Inggris. Ia adalah bukti bahwa Islam dapat tumbuh dan berakar di masyarakat Barat tanpa harus mengorbankan identitas lokal. Visi Quilliam tentang identitas Muslim yang kuat, namun tetap terbuka dan toleran, sangat relevan dalam konteks multikultural dan interreligius saat ini.

Peninggalannya membuka jalan bagi generasi Muslim berikutnya di Inggris untuk menjalani kehidupan beragama secara terbuka dan percaya diri. Ia juga memberikan contoh bahwa Islam bukanlah “agama asing”, melainkan bagian dari warisan dan keragaman spiritual Inggris.

Kisah hidup Abdullah Quilliam adalah potret dari seorang tokoh yang menantang zaman dan prasangka, serta berjuang untuk menjembatani dua dunia: Islam dan Inggris. Dengan semangat dakwah, keberanian intelektual, dan komitmen sosialnya, ia telah menorehkan sejarah penting yang kini dihidupkan kembali oleh mereka yang menghargai pluralitas dan perdamaian.